Kemajuan
zaman adalah hal yang secara pasti akan mengubah pola hidup manusia. Adanya
perkembangan teknologi dan informasi mempermudah segala sesuatu untuk
dilakukan. Kemajuan ini menyentuh setiap bagian hidup dari manusia mulai dari
gaya berpakaian sampai pola makan.
Berubahnya
pola makan karena perubahan zaman menimbulkan banyak penyakit. Hal ini dapat
diakibatkan karena berubahnya pola makan dikota-kota besar dari pola makan
tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan serat dari sayuran menjadi
pola makan kebarat-baratan dengan komposisi makanan yang banyak mengandung
protein, lemak, gula, garam , dan sedikit serat.
Di
Indonesia, kasus sindrom metabolik seperti obesitas, dislipidemia, dan diabetes
meningkat, sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan dari penduduk
tersebut. Saat ini dengan mudahnya dapat diperoleh berbagai jenis olahan
makanan yang tinggi lemak dan karbohidrat serta makanan cepat saji yang sangat
digemari.
Munculnya
sindrom metabolik ini bukan hanya dikarenakan makanan yang dikomsumsi yang
berlebihan. Suatu keadaan yang mendukung munculnya sindrom metabolik adalah input yang masuk tidak sesuai dengan output. Dalam hal ini, makanan yang
dikomsumsi tidak diubah menjadi energi melainkan
menumpuk didalam tubuh. Ini dikarenakan kurangnya aktivitas fisik.
Berbagai
perkembangan teknologi secara nyata juga telah mengurangi berbagai aktivitas
fisik yang semestinya bisa kita lakukan. Seperti halnya peningkatan jumlah
mobil di kota-kota setiap tahunnya yang justru menjadikan seseorang jarang
berjalan kaki meski dalam jarak yang dekat. Bila dilihat ke waktu dulu, para
orangtua masih menggunakan sepeda atau berjalan kaki. Ini dapat menjadi salah
satu alasan mengapa dulu kasus sindrom metabolik jarang ditemui tidak seperti
sekarang ini.
Program
televisi yang menjadikan sesorang lebih banyak menghabiskan waktunya duduk
menonton dengan cemilan. Selain itu mudahnya mengakses segala sesuatu dengan
gadget menjadikan segala urusan dapat diselesaikan dengan hanya duduk dan
berkutat dengan gadget.
Pola
makan yang tidak teratur dan kurangnya aktivitas fisik ini yang memicu
munculnya overweight, obesitas, dislipidemia yang akan berujung pada sindrom
metabolik.
Makanan
yang dimakan dalam porsi besar tidak akan menimbulkan masalah bila diiringi
dengan aktivtas fisik seperti olahraga. Karena asupan makanan yang berlebihan
tersebut tidak akan menumpuk di tubuh melainkan diubah menjadi energi. Sehingga massa tubuh tetap terjaga meski
makan banyak karena berolahraga.
Hal
ini dikarenakan kebutuhan energi pada saat saat berolahraga dapat dipenuhi
melalui sumber-sumber energi yang tersimpan di dalam tubuh yaitu melalui sumber-sumber energi yang tersimpan dalam
tubuh yaitu melalui pembakaran karbohidrat, pembakaran lemak, serta kontribusi
sekitar 5 % melalui pemecahan protein.
Sebuah
jurnal mengatakan bahwa pada olahraga dengan intensitas rendah dengan waktu
durasi yang panjang seperti jalan kaki atau lari-lari kecil, pembakaran lemak
akan memberikan konstribusi yang lebih besar dibandingkan pembakaran
karbohidrat. Sedangkan pada olahraga dengan intensitas tinggi, energi diperoleh
dari simpanan glukosa di otot atau glikogen. Proses pembakaran 1 gram
karbohidrat akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal.
Bila
makanan yang masu ke tubuh diubah menjadi energi dan disimpan dalam porsi yang
cukup ditubuh, maka kelebihan berat badan yang merupakan awal dari sindrom
metabolik dapat dihindarkan.
Kemajuan
teknologi yang ada sekarang bukan menjadi halangan bagi kita untuk berolahraga.
Justru olahraga dapat mengimbangi kemajuan zaman sekarang ini. Olahraga dapat
mengimbangi pola makan yang berlebihan.
Ada banyak olahraga yang dapat dilakukan muali dari berlari-lari kecil
sampai berenang. Bila tidak memiliki banyak waktu untuk olahraga, dapat
melakukan aktivitas fisik seperti berjalan, menyapu, bahkan menggunakan tangga
daripada lift. Yang terpenting adalah meskipun banyaknya kemudahan yang
diberikan oleh perkembangan zaman, harus
tetap diingat bahwa tubuh adalah sebuah mesin yang perlu pemasukan energi dan
pengeluaran energi yang seimbang.
Referensi
Irawan,
M. Anwari. Nutrisi, Energi dan Performa Olahraga,. Polton Sports Science &
Performance Lab. Volume 1.2007
Stamford, Bryant. Losing
body fat Exercise vs. Diet. The Courier Journal. 2015