Saturday 18 April 2015

Mengimbangi Zaman dengan Berolahraga




Kemajuan zaman adalah hal yang secara pasti akan mengubah pola hidup manusia. Adanya perkembangan teknologi dan informasi mempermudah segala sesuatu untuk dilakukan. Kemajuan ini menyentuh setiap bagian hidup dari manusia mulai dari gaya berpakaian sampai pola makan.
Berubahnya pola makan karena perubahan zaman menimbulkan banyak penyakit. Hal ini dapat diakibatkan karena berubahnya pola makan dikota-kota besar dari pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan serat dari sayuran menjadi pola makan kebarat-baratan dengan komposisi makanan yang banyak mengandung protein, lemak, gula, garam , dan sedikit serat.
Di Indonesia, kasus sindrom metabolik seperti obesitas, dislipidemia, dan diabetes meningkat, sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan dari penduduk tersebut. Saat ini dengan mudahnya dapat diperoleh berbagai jenis olahan makanan yang tinggi lemak dan karbohidrat serta makanan cepat saji yang sangat digemari.
Munculnya sindrom metabolik ini bukan hanya dikarenakan makanan yang dikomsumsi yang berlebihan. Suatu keadaan yang mendukung munculnya sindrom metabolik adalah input yang masuk tidak sesuai dengan output. Dalam hal ini, makanan yang dikomsumsi tidak diubah menjadi energi  melainkan menumpuk didalam tubuh. Ini dikarenakan kurangnya aktivitas fisik.
Berbagai perkembangan teknologi secara nyata juga telah mengurangi berbagai aktivitas fisik yang semestinya bisa kita lakukan. Seperti halnya peningkatan jumlah mobil di kota-kota setiap tahunnya yang justru menjadikan seseorang jarang berjalan kaki meski dalam jarak yang dekat. Bila dilihat ke waktu dulu, para orangtua masih menggunakan sepeda atau berjalan kaki. Ini dapat menjadi salah satu alasan mengapa dulu kasus sindrom metabolik jarang ditemui tidak seperti sekarang ini.
Program televisi yang menjadikan sesorang lebih banyak menghabiskan waktunya duduk menonton dengan cemilan. Selain itu mudahnya mengakses segala sesuatu dengan gadget menjadikan segala urusan dapat diselesaikan dengan hanya duduk dan berkutat dengan  gadget.
Pola makan yang tidak teratur dan kurangnya aktivitas fisik ini yang memicu munculnya overweight, obesitas, dislipidemia yang akan berujung pada sindrom metabolik.
Makanan yang dimakan dalam porsi besar tidak akan menimbulkan masalah bila diiringi dengan aktivtas fisik seperti olahraga. Karena asupan makanan yang berlebihan tersebut tidak akan menumpuk di tubuh melainkan diubah menjadi energi.  Sehingga massa tubuh tetap terjaga meski makan banyak karena berolahraga.
Hal ini dikarenakan kebutuhan energi pada saat saat berolahraga dapat dipenuhi melalui sumber-sumber energi yang tersimpan di dalam tubuh yaitu melalui  sumber-sumber energi yang tersimpan dalam tubuh yaitu melalui pembakaran karbohidrat, pembakaran lemak, serta kontribusi sekitar 5 % melalui pemecahan protein.
Sebuah jurnal mengatakan bahwa pada olahraga dengan intensitas rendah dengan waktu durasi yang panjang seperti jalan kaki atau lari-lari kecil, pembakaran lemak akan memberikan konstribusi yang lebih besar dibandingkan pembakaran karbohidrat. Sedangkan pada olahraga dengan intensitas tinggi, energi diperoleh dari simpanan glukosa di otot atau glikogen. Proses pembakaran 1 gram karbohidrat akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal.
Bila makanan yang masu ke tubuh diubah menjadi energi dan disimpan dalam porsi yang cukup ditubuh, maka kelebihan berat badan yang merupakan awal dari sindrom metabolik dapat dihindarkan.
Kemajuan teknologi yang ada sekarang bukan menjadi halangan bagi kita untuk berolahraga. Justru olahraga dapat mengimbangi kemajuan zaman sekarang ini. Olahraga dapat mengimbangi pola makan yang berlebihan.  Ada banyak olahraga yang dapat dilakukan muali dari berlari-lari kecil sampai berenang. Bila tidak memiliki banyak waktu untuk olahraga, dapat melakukan aktivitas fisik seperti berjalan, menyapu, bahkan menggunakan tangga daripada lift. Yang terpenting adalah meskipun banyaknya kemudahan yang diberikan oleh perkembangan  zaman, harus tetap diingat bahwa tubuh adalah sebuah mesin yang perlu pemasukan energi dan pengeluaran energi yang seimbang.

Referensi
Irawan, M. Anwari.  Nutrisi, Energi dan Performa Olahraga,. Polton Sports Science & Performance Lab. Volume 1.2007
Stamford, Bryant. Losing body fat Exercise vs. Diet. The Courier Journal. 2015

Sedikit tentang Diabetes..



Pada awalnya faktor yang dapat memicu timbulnya diabetes (terkhusus diabetes type II) adalah Obesitas. Begitulah yang bisa saya tangkap setelah mengikuti beberapa kali kuliah mengenai metabolisme lipid.  Perlu diketahui Obesitas adalah  kelebihan lemak di tubuh akibat input yang tidak sesuai dengan output. Biasanya penderita Obes, makan banyak tapi jarang olahraga. Kok bisa ya ? Itu karena makanan yang dimakan akan diubah menjadi asetil co-a yang akan menghasilkan ATP melalui siklus kreb,,,  tapi karena ia makannya banyak maka asetil co-a yang terbentuk juga banyak. Sebenarnya tidak apa-apa kalau ia melakukan aktivitas fisik, karena asetil co-a tersebut akan berubah jadi ATP. Lain ceritanya kalau tidak melakukan aktivitas fisik seperti olahraga. Asetil co-a yang berlebih itu dikemanakan di tubuh ?? 
Jeng..jeng..jeng..
Asetil co-a yang berlebih itu akan diubah menjadi GLISEROL dan Asam Lemak.
Banyaknya asam lemak yang terbentuk didalam tubuh menghambat kerja insulin  dan juga dapat merusak sel beta di pankreas. Ini mengakibatkan sekresi insulin terhambat. Untuk selanjutnya bila kerja insulin terganggu maka kadar glukosa dalam darah terganggu. Resistensi insulin yang terjadi ini juga dapat meningkatkan reabsorsi Natrium diginjal menjadi tinggi. Inilah yang akan menyebabkan penderita obesitas yang telah mengalami resistensi insulin juga akan mengalami tekanan darah tinggi.
Nah, sekarang kembali kepada Diabetes. Pertanyaan pertama adalah :  Mengapa penderita Obesitas yang memiliki tubuh dengan lemak yang banyak (Ingat: Lemak adalah simpanan energi dalam tubuh )  setelah mengalami resistensi insulin (Diabetes ) berat badannya berkurang dan mudah lelah ? Padahalkan si Obes kan punya banyak energi cadangan ?
Oke, jadi begini : Resistensi insulin mengakibatkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel. Dalam hal ini glukosa tetap berada dalam plasma.  Jika glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, maka energi tidak dapat dibentuk. Tubuh kita perlu energi dan energi itu harus ada !!!  Maka daripada itu untuk menghasilkan energi, dilakukanlah pemecahan lemak (lipolisis). Untuk selanjutnya tahu kan ? Lipolisis terjadi, maka lemak tubuhnya akan.........ber....... ......ku   to the rang,  berkurang.
Pertanyaan kedua :  Mengapa penderita diabetes, ada yang nafasnya berbau aseton ?
Untuk menghasilkan energi maka tubuh melakukan lipolisis. Lemak akan membentuk asetil coa. Jika oksidasi lemak lebih tinggi dari oksidas glukosa maka akan terdapat asetil co-A yang terbentuk berlebihan. Asetil co-A yang berlebihan ini akan memasuki jalur ketogenesis, yaitu pembentukan badan keton. 
Badan Keton itu ada 3 :  aseton, Hidroksibutirat, dan Asetoasetat.  Dan Asetonlah yang menyebabkan nafas penderita diabetes berbau aseton.
Haahh,,, mungkin seperti itulah yang saya dapat bagikan. Maaf bila tidak berurutan dan agak berantakan cara penulisannya, yaaa karena sebenarnya saya sudah ngantuk berat tapi nafsu saya untuk membuat tulisan ini begitu besar, hehehe..